a.
Kerajaan
Kediri
Kerajaan Kediri
merupakan kerajaan yang berdiri pada abad XI Masehi dan merupakan kelanjutan
dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan oleh Mpu Sindok dari Dinasti
Isyana. Kerajaan ini terletak di wilayah pedalaman Jawa Timur. Kerajaan ini
merupakan hasil dari pembagian wilayah Kerajaan Medang Kamulan yang dibagi
menjadi dua yakni Panjalu dan Jenggala. Nama Keraajaan Kediri sebelumnya adalah
Panjalu.
Adapun kehidupan
politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri adalah
sebagai berikut :
a.
Kehidupan
Politik
Raja pertama Kediri
adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu
berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di
Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan
Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian
Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang
berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh
Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri
mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah
kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama
menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat
memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut
diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135. Prasasti ini
memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti
tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk
penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas
Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn
kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah
perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa.
Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut
sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk
memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri,
Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu.
Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan
Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat
kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini
menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh
Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel.
Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan
Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya
digantikan oleh Singasari.
b.
Kehidupan
Agama
Masyarakat Kediri
memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran agama
Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan
di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso.
Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut
agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa
Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan
Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan
mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
c.
Kehidupan
Ekonomi
Perekonomian di Kediri
bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris,
Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian
menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor
perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain
beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak,
kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri
memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan
rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah
Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya
rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian
diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri
wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
d.
Kehidupan
Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan
Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan
kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga
golongan sebagai berikut :
1. Golongan
masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan
raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan
masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para
pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan
masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai
kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan
budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada masa
pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara
muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab
Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan
Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab
Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.
b.
Kerajaan
Singasari
Kerajaan Singasari
merupakan kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 Masehi.
Kerajaan ini terletak di daerah Malang, Jawa Timur. Kerajaan Singasari beribu
kota di Tumapel. Awalnya Tumapel hanya sebuah wilayah kabupaten yang berada di
bawah kekusaan Kerajaan Kediri. Tumapel dipimpin oleh bupati yang bernama Ken
Arok. Setelah berhasil Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Kertajaya, Ken Arok
mendirikan Kerajaan Singasari.
Keberadaan Kerajaan
Singasari dibuktikan melalui candi-candi yang ditemukan di daerah Singasari
hingga Malang, Jawa Timur. Selain itu keberadaan Singasari dijelaskan dalam
kitab Negarakertagama dan Pararaton. Kitab Negaraketagama yang ditulis oleh Mpu
Prapanca menjelaskan tentang silsilah raja-raja Singasari hingga Majapahit,
sedangkan kitab Pararaton menceritakan kisah Ken Arok sebagai pendiri Kerajaan
Singasari.
Adapun kehidupan
politik, agama, ekonomi, sosial, dan budaya pada masa Kerajaan Singasari adalah
sebagai berikut :
a.
Kehidupan
Politik
Kerajaan Singosari yang pernah mengalami
kejayaan dalam perkembangan kerajaan hindu di Indonesia
dan bahkan menjai cikal bakal lahirnya kerajaan Majapahit. Di dalam kitab Pararaton di ceritakan bahwa Ken Arok
(raja pertama) adalah anak dewa Brahmana yang di titiskan lewat seorang
perempuan dari desa Pungkur, tubuh Ken Arok bercahaya. Brahmana smpat
menyampaikan pesan bahwa kelak bayi tersebut akan menjadi seorang raja. Tanpa
di ketahui alasannya, bayi tersebut di buang oleh ibunya. Namun seorang pencuri
yang bernama Lembong menemukan dan menjadikannya anak angkat. Tetapi Ken Arok
tumbuh menjadi anak yang nakal, suka berkelahi, mencuri serta mengganggu orang
lain. Setelah dewasa, Ken Arok pergi mengembara hingga sampai ke gunung Kawi. Ia bertulang menjadi seorang pencuri,
perampok, pembunuh, dan pengganggu wanita.
Kejahatan yang semakin merajalela ini membuat Ken Arok di buru oleh masyarakat dan
Pasukan Kediri, akan tetapi ia sempat meloloskan diri. Setelah itu ia bertemu
dengan seorang Brahmana yang bernama Lohgawe dan Ken Arok pun di angkat sebagai
anak. Ia memproleh pendidikan keagamaan dan ilmu pengetahuan dari Lohgawe.
Lambat laun ia menjadi seorang yang cakap, berani, dan mengagumkan. Setelah itu
dia di angkat menjadi pengawal Adipati Tumapel yaitu Tunggul Ametung yang
kemudian nanti di taklukkan Ken Arok dan menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan
Singosari seperti yang di sebutkan di atas.
Semula Ken Arok adalah seorang pengawal setia
Tunggul Ametung dan sebagai tangan kanan Akuwu (bupati). Akan tetapi kesetiaan
ini berubah tatkala timbul keinginannya untuk memiliki memperistri dari istri
Tunggal Ametung, Ken Dedes. Ken Arok akhirnya berhasil mewujudkan keinginannya
dengan peranrtara Kebo Ijo, melalui cara membunuhnya menggunakan keris yang di
tempahnya kepada Mpu Gandring. Setelah itu Ken Arok memperistri Ken Dedes dan
menjadi Akuwu (bupati) di Tumapel. Kerajaan Singosari juga sering di warnai
dengan antar sesamanya untuk memperebutkan kekuasaan dan berupa penghianatan.
Peristiwa keris Mpu Gandring ini kebenarannya masih belum jelas, apakah keris
ini telah membunuh beberapa orang sampai 7 orang seperti kutuka Mpu Gandring.
Setelah memerintah dengan bantuan Brahamana, Ken Arok berhasil mengubah
ketatanegaraan sesuai dengan ajaran Hundu dan mendirikan Dinasti Garindra Wangsa
yang kemudian di rubah menjadi Singosari.
b. Kehidupan
Agama
Pada masa pemerintahan Kertanegara terdapat
upaya menyatukan agama Hindu Syiwa dengan Budha Mahayana menjadi agama
Tantrayana. Agama ini dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut Dharmadyaksa.
Tantrayana menjadi agama resmi Negara. Kondisi ini terlihat dari kegiatan
Kertanegara dan pembesar istana yang sering mengadakan upacara Tantrayana.
Agama Tantrayana merupakan perkembangan dari agama Budha Mahayana.
c. Kehidupan
Ekonom
Singasari merupakan Kerajaan Hindu Budha yang bercorak agraris karena
terletak di pedalaman Malang, Jawa Timur. Sektor ekonomi di Singasari
menitikberatkan pada sektor pertanian. Akan tetapi dengan keberadaan Sungai
Brantas sekor pelayaran dan perdagangan juga berkembang. Singasari memiliki
pelabuhan perdagangan di Pasuruan. Melalui ini para pedagang melakukan kontak
dengan pedagang asing.
Pada masa pemerintahan Kertanegara
sektor perdagangan dan pelayaran Singasari berkembang pesat. Pada saat itu
Singasari berhasil menguasai jalur perdagangan dari Selat Malaka di bagian
barat hingga Kepulauan Maluku di bagian timur. Komoditas yang diperdagangkan
antara lain beras, emas, kayu cendana, dan rempah-rempah.
d. Kehidupan
Sosial Budaya
Kondisi sosial masyarakat Singasari selalu
berubah bergantung pada kebijakan raja dan kondisi politik yang terjadi di
kerajaan. Saat Ken Arok memimpin Singasari kehidupan sosial masyarakat sangat
terjamin. Ken Arok berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Setelah Ken
Arok meninggal kondisi masyarakat sempat terguncang akibat konflik politik
antara keluarga kerajaan. Pada masa pemerintahan Anusapati kehidupan sosial
masyarakat kurang diperhatikan karena ia terlalu sibuk untuk menyabung ayam.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Kertanegara kehidupan sosial masyarakat
kembali teratur. Kertanegara berusaha menjaga stabilitas politik dan keamanan
Negara Singasari sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
Dalam bidang kebudayaan
masyarakat Singasari sudah ahli dalam membuat candid an patung. Candi yang
dibangun pada masa Kerajaan Singasari antara lain candi Kidal, Jago, dan
Singasari. Sementara itu karya berupa patung antara lain patung Ken Dedes
sebagai perwujudan dari Dewi Prajnaparamita (lambang kesempurnaan ilmu) dan
patung Joko Dolok sebagai perwujudan Kertanegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar