Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak agama
Budha yang berkembang pada abad VII-VIII Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan yang terletak di tepi Sungai Musi atau sekitar Bukit Siguntang dan
Kota Palembang, Sumatera Selatan. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui
melalui keberadaan 6 prasasti yang tersebar di wilayah Sumatera dan Semenanjung
Malaya. Prasasti tersebut, yaitu prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga
Batu, Kota Kapur, Karang Berahi, dan Ligor. Selain dari prasasti yang ditemukan
tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya ada berita-berita dari Cina dan Arab yang
pernah menyebutkan Kerajaan Sriwijaya.
Adapun kehidupan politik,
sosial, agama, dan ekonomi pada masa Kerajaan Sriwijaya yakni sebagai berikut :
a.
Kehidupan Politik
Masa Kerajaan Sriwijaya tidak diketahui secara
pasti, hal ini disebabkan informasi yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya
masih terbatas. Nama Sriwijaya dijumpai pada prasasti Kota Kapur yang berangka
689 dan ditemukan di Pulau Bangka. Kata Sriwijaya berarti kemenangan yang
bercahaya. Pada awalnya Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kecil. Keterangan
ini diperoleh dari catatan I-Tsing yang pernah berkunjung ke Kerajaan Srwijaya
pada tahun 671 Masehi. Meskipun kerajaan kecil, Sriwijaya sudah mampu menguasi
Kerajaan Melayu dan Kedah.
Politik ekspansi Sriwijaya dilakukan
mulai dari tahun 671-702 pada masa pemerintahan Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Pada masa ini Kerajaan Sriwijaya berhasil memeperluas wilayah kekuasannya
sampai wilayah Jambi dengan menaklukan wilayah Minangatamwan. Daerah ini
memiliki arti strategis dalam ekonomi karena terletak pada jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka. Dengan dikuasainya daearh ini menjadikan Sriwijaya
menjadi kerajaan Maritim.
Berdasarkan prasasti Kota Kapur
Dapunta Hyang Sri Jayanasa melakukan ekspansi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak
berbakti kepada Kerajaan Sriwijaya. Yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah
Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga.
Pada masa pemerintahan
Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya dan berkembang
menjadi kerajaan maritime terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, Kerajaan
Sriwijaya juga menjadi pusat perdagangan dan pembelajaran agama Budha di Asia
Tenggara.
Setelah pemerintahan Balaputradewa ,
nasib Kerajaan Sriwijaya tidak banyak diketahui. Dan pada abad ke X Kerajaan
Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa factor diantaranya
:
1.
Terajdi
perubahan alam di sekitar Palembang.
2.
Letak Palembang
yang semakin jauh dari laut dan menyebabkan daerah ini kurang strategis sebagai
pusat perdagangan.
3.
Armada Laut
Kerajaan Sriwijaya dikalahkan oleh Medang Kemulan.
4.
Adanya serangan
militer atas Kerajaan Srwijaya.
b.
Kehidupan Sosial
Pada abad ke VII Masehi, Kerajaan Srwijaya merupakan
negeri dengan masyarakat yang kompleks. Kehidupan masyarakat Sriwijaya sangat
dipengaruhi oleh alam piker ajaran Budha Mahayana. Hubungan antara raja dan
rakyatnya berlangsung dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa
prasasti, seperti prasasti Talang Tuo yang menyebutkan tentang ritual Budha
untuk memberkati peresmian taman Srikesta. Taman ini dianggap sebagai anugerah
Maharaja Sriwijaya kepada rakyatnya.
Sejak abad VII Masehi bahasa Melayu
Kuno telah digunakan di Indonesia. Penyebaran agama melayu dilakukan melalui
kegiatan perdagangan. Bahasa ini menjadi bahasa yang digunakan secara luas.
Meskipun menjadi kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara, peninggalan
kerajaan ini yang berupa monumen hanya sedikit. Sriwijaya hanya meninggalkan
beberapa candi dan banyak arca Budha.
Seperti, Candi Muara Takus dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara.
c.
Kehidupan Agama
Selain dikenal sebagai pusat perdagangan, Kerajaan
Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pengajaran agama Budha. Agama Budha yang
berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya menganut agama Budha dengan aliran
Mahayana. Menurut laporan I-Tsing pada abad VII Masehi di Sriwijaya terdapat
1000 biksu yang belajar agama Budha dibawah bimbingan Sakyakirti. Beliau adalah
salah satu dari tujuh cendekiawan agama Budha yang hidup pada masa I-Tsing.
Sakyakirti menulis kitab undang-undang yang berjudul Hastadandacastra. Selain
Sakyakirti ada cendekiawan lain yaitu Wajraboddhi dan Dharmakirti.
d.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Srwijaya berkembang menjadi Kerajaan
maritime yang menguasi lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional di
Asia Tenggara. Bandar Sriwijiya berkembang menjadi pelabuhan transito yang
ramai disinggahi kapal-kapal asing untuk mengambil perbekalan serta melakukan
aktivitas perdagangan. Sriwijaya memperoleh banyak keuntungan dari komoditas
ekspor dan pajak kapal yang singgah.
Beberapa komoditas ekspor Kerajaan Sriwijaya adalah sebagai
berikut :
1.
Barang ekspor ke
Arab antara lain kayu gaharu, kapur barus, kayu cendana, gading, timah, kayu
ulin, rempah-rempah dan kemenyan.
2.
Barang ekspor ke
Cina antara lain gading, air mawar, kemenyan, buah-buahan, gula putih, gelas,
kapur barus, batu karang, pakaian, cula badak, wangi-wangian, bumbu masak, dan
obat-obatan.
Faktor-faktor yang mendorong Sriwijaya menjadi
kerajaan maritim yakni sebagai berikut :
1.
Memilki letak
strategis di jalur perdagangan internasional.
2.
Kemajuan
pelyaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
3.
Keruntuhan
Kerajaan Funan di Indo-Cina.
4.
Kemampuan
Angkatan Laut Sriwijaya yang kuat.
Agen Judi Online
BalasHapusAgen Judi
Agen Judi Terpercaya
Bandar Judi
Bola Online
Bandar Bola
Agen SBOBET
Agen Casino
Agen Poker
Agen IBCBET
Agen Asia77
Agen Bola Tangkas
Prediksi Skor
Prediksi Skor PANATHINAIKOS VS QABALA 28 Agustus 2015
Prediksi Skor SAINT ETIENNE VS MILSAMI 28 Agustus 2015
Prediksi Skor CHELSEA VS CRYSTAL PALACE FC 29 Agustus 2015
PREDIKSI STOKE CITY VS WEST BROM 29 AGUSTUS 2015
Prediksi Skor GENOA VS HELLAS VERONA 31 Agustus 2015