Laman

Rabu, 05 Maret 2014

Kehidupan pada masa Dinasti Isyana




Awalnya Kerajaan Mataram Kuno merupakan Kerajaan yang dipimpin oleh dua Dinasti yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra yang terletak di Jawa Tengah. Tetapi karena ada beberapa factor diantaranya yakni karena bencana alam, yakni meletusnya gunung berapi dan akibat banyak tenaga laki-laki yang dipekerjakan untuk membuat candi sehingga sawah menjadi terbengkalai. Sehingga Kerajaan tersebut dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok dan mendirikan dinasti baru yakni Dinasti Isyana. Kerajaan ini kemudian disebut sebagai Kerajaan Medang Kemulan dengan pusat pemerintahan di Walunggaluh.
            Adapun kehidupan  masyarakat pada masa pemerintahan Dinasti Isyana   yakni sebagai berikut :
a.      Kehidupan Politik
Pemindahan kekuasaan ke Jawa timur dilakukan oleh Raja Empu Sendok dan membentuk dinasti baru yakni Isana. Nama Isana diambil dari gelar resmi Empu Sendok, yakni Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikramatunggadewa.
            Wilayah kekuasaan Empu Sendok meliputi Nganjuk disebelah barat, Pasuruan di timur, Surabaya di utara, dan Malang di selatan. Empu Sendok memegang pemerintahan tahun 929–947 dengan pusat pemerintahannya di Watugaluh. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana dengan melakukan berbagai usaha untuk kemakmuran rakyat. Di antaranya ialah membuat bendungan-bendungan untuk perairan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan-bangunan suci. 
Di samping itu juga memerintahkan untuk mengubah sebuah kitab agama Buddha aliran Tantrayana yang diberi judul Sang Hyang Kamahayanikan. Setelah Empu Sendok meninggal kemudian digantikan oleh putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya. Putri ini menikiah dengan Lokapala yang melahirkan seorang putra yang bernama Makutawangsawardana sebagai peneruskan takhta ibunya.
Setelah Makutawangsawardana meninggal yang menggantikan ialah Dharmawangsa (990–1016). Dalam pemerintahannya ia berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya yang hidup dari pertanian dan perdagangan.
Pada saat itu pusat perdagangan di Indonesia dikuasai oleh Sriwijaya sehingga untuk mengambilalihnya Dharmawangsa berusaha untuk menyerang Sriwijaya. Namun, Sriwijaya bangkit mengadakan serangan balasan.
            Dalam hal ini Sriwijaya mengadakan kerja sama dengan Kerajaan Worawari (kerajaan di Jawa). Serangan Worawari sangat tepat, yakni ketika Dharmawangsa melangsungkan upacara pernikahan putrinya dengan Airlangga (1016) putra Raja Bali. Dharmawangsa beserta seluruh pembesar istana tewas (pralaya). Namun, Airlangga berhasil meloloskan diri beserta istri, pengiringnya yang setia Narotama, dan beberapa pendeta menuju hutan Wonogiri.
            Selama tiga tahun (1016–1019) Airlangga digembleng lahir dan batin oleh para pendeta. Atas tuntutan rakyat dan pendeta, Airlangga bersedia menjadi raja menggantikan Dharmawangsa. Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja rake Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa
Tugas Airlangga ialah mengembalikan kekuasaan seperti zaman Dharmawangsa dan berhasil dengan baik. Ibu kota kerajaan yang sebelumnya berada  Wutan Mas, kemudian dipindahkan ke Kahuripan pada tahun 1037. 
Selanjutnya, Airlangga melakukan pembangunan di segala bidang demi kemakmuran rakyatnya. Pada tahun 1042 Airlangga mengundurkan diri dari takhta dan menjadi seorang petapa dengan nama  Jatinindra atau Resi Jatayu. Sebelumnya Airlangga ingin menobatkan putrinya, Sri Sanggramawijaya untuk menjadi raja, namun ditolak karena ingin menjadi petapa yang dikenal dengan nama Dewi Kili Suci
Akhirnya, kerajaan Airlangga dibagi menjadi dua, yakni Jenggala dengan ibu kota Kahuripan dan Panjalu yang dikenal dengan nama Kediri untuk kedua putranya dari istri selir. Jenggala diperintah oleh Garasakan, sedangkan Kediri oleh Samarawijaya.
b.      Kehidupan Sosial
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa. Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya. Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga,sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang merekamiliki. Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
1. Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
2. Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman matibagi perampok.
3. Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memujapara dewa.
c.       Kehidupan Agama
Agama yang berkembang pada masa pemerintahan airlangga adalah agama hindu waisnawa. Hal ini Nampak pada candi belahan dimana airlangga diwujudkan sebagai sebuah arca sebagai wisnu menaiki garuda.Untuk mengenang jerih payah airlangga mempersatukan kerajaan yang porak-poranda disusunlah kitab arjuna wiwaha oleh mpu kanwa 1030. Inilah hasil sastrazaman airlangga yang sampai pada kita. Sementara airlangga sendiri sebelum mengundurkan diri jadi pertapa, ia telah membangunkan sebuah pertapaan bagianaknya sangramawijaya di pucangan (gunung penanggungan).
d.      Kehidupan Ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usaha usaha yang ia lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untukmeningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir. Sementaraitu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya telah tercipta satu hasil karyasastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha.
Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumberkronik Cina yang menyatakan tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar