Awalnya Kerajaan
Mataram Kuno merupakan Kerajaan yang dipimpin oleh dua Dinasti yakni Dinasti
Sanjaya dan Dinasti Syailendra yang terletak di Jawa Tengah. Tetapi karena ada
beberapa factor diantaranya yakni karena bencana alam, yakni meletusnya gunung
berapi dan akibat banyak tenaga laki-laki yang dipekerjakan untuk membuat candi
sehingga sawah menjadi terbengkalai. Sehingga Kerajaan tersebut dipindahkan ke
Jawa Timur oleh Mpu Sindok dan mendirikan dinasti baru yakni Dinasti Isyana.
Kerajaan ini kemudian disebut sebagai Kerajaan Medang Kemulan dengan pusat
pemerintahan di Walunggaluh.
Adapun kehidupan
masyarakat pada masa pemerintahan Dinasti Isyana yakni sebagai berikut :
a. Kehidupan Politik
Pemindahan kekuasaan ke Jawa timur
dilakukan oleh Raja Empu Sendok dan membentuk dinasti baru yakni Isana. Nama
Isana diambil dari gelar resmi Empu Sendok, yakni Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikramatunggadewa.
Wilayah kekuasaan Empu Sendok meliputi Nganjuk disebelah
barat, Pasuruan di timur, Surabaya di utara, dan Malang di selatan. Empu Sendok
memegang pemerintahan tahun 929–947 dengan pusat pemerintahannya di Watugaluh.
Ia memerintah dengan adil dan bijaksana dengan melakukan berbagai usaha untuk
kemakmuran rakyat. Di antaranya ialah membuat bendungan-bendungan untuk
perairan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan
bangunan-bangunan suci.
Di samping itu juga memerintahkan
untuk mengubah sebuah kitab agama Buddha aliran Tantrayana yang diberi judul Sang
Hyang Kamahayanikan. Setelah Empu Sendok meninggal kemudian digantikan oleh
putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya. Putri ini menikiah dengan
Lokapala yang melahirkan seorang putra yang bernama Makutawangsawardana sebagai
peneruskan takhta ibunya.
Setelah Makutawangsawardana meninggal yang menggantikan
ialah Dharmawangsa (990–1016). Dalam pemerintahannya ia berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya yang hidup dari pertanian dan perdagangan.
Pada saat itu pusat perdagangan di
Indonesia dikuasai oleh Sriwijaya sehingga untuk mengambilalihnya Dharmawangsa
berusaha untuk menyerang Sriwijaya. Namun, Sriwijaya bangkit mengadakan
serangan balasan.
Dalam hal ini Sriwijaya mengadakan kerja sama dengan Kerajaan Worawari (kerajaan di Jawa). Serangan Worawari sangat tepat, yakni ketika Dharmawangsa melangsungkan upacara pernikahan putrinya dengan Airlangga (1016) putra Raja Bali. Dharmawangsa beserta seluruh pembesar istana tewas (pralaya). Namun, Airlangga berhasil meloloskan diri beserta istri, pengiringnya yang setia Narotama, dan beberapa pendeta menuju hutan Wonogiri.
Dalam hal ini Sriwijaya mengadakan kerja sama dengan Kerajaan Worawari (kerajaan di Jawa). Serangan Worawari sangat tepat, yakni ketika Dharmawangsa melangsungkan upacara pernikahan putrinya dengan Airlangga (1016) putra Raja Bali. Dharmawangsa beserta seluruh pembesar istana tewas (pralaya). Namun, Airlangga berhasil meloloskan diri beserta istri, pengiringnya yang setia Narotama, dan beberapa pendeta menuju hutan Wonogiri.
Selama tiga tahun (1016–1019)
Airlangga digembleng lahir dan batin oleh para pendeta. Atas tuntutan rakyat
dan pendeta, Airlangga bersedia menjadi raja menggantikan Dharmawangsa. Pada
tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja rake Halu Lokeswara Dharmawangsa
Airlangga Anantawikramatunggadewa.
Tugas Airlangga ialah mengembalikan
kekuasaan seperti zaman Dharmawangsa dan berhasil dengan baik. Ibu kota
kerajaan yang sebelumnya berada Wutan Mas, kemudian dipindahkan ke
Kahuripan pada tahun 1037.
Selanjutnya, Airlangga melakukan
pembangunan di segala bidang demi kemakmuran rakyatnya. Pada tahun 1042
Airlangga mengundurkan diri dari takhta dan menjadi seorang petapa dengan nama
Jatinindra atau Resi Jatayu.
Sebelumnya Airlangga ingin menobatkan putrinya, Sri Sanggramawijaya untuk
menjadi raja, namun ditolak karena ingin menjadi petapa yang dikenal dengan
nama Dewi Kili Suci.
Akhirnya, kerajaan Airlangga dibagi
menjadi dua, yakni Jenggala dengan ibu kota Kahuripan dan Panjalu yang dikenal
dengan nama Kediri untuk kedua putranya dari istri selir. Jenggala diperintah
oleh Garasakan, sedangkan
Kediri oleh Samarawijaya.
b.
Kehidupan Sosial
Pada masa pemerintahan Airlangga
tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula
seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra
Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa.
Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya. Hal itu
terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di
Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak
dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh
kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para
pujangga,sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang
merekamiliki. Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang
Kediri yaitu:
1.
Rakyat Kediri pada umumnya telah
memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata dengan rapi, serta
rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
2.
Hukuman di Kediri terdapat dua macam
yaitu denda dan hukuman matibagi perampok.
3.
Kalau sakit rakyat tidak mencari obat,
tetapi cukup dengan memujapara dewa.
c.
Kehidupan Agama
Agama yang berkembang pada masa
pemerintahan airlangga adalah agama hindu waisnawa. Hal ini Nampak pada candi
belahan dimana airlangga diwujudkan sebagai sebuah arca sebagai wisnu menaiki garuda.Untuk
mengenang jerih payah airlangga mempersatukan kerajaan yang porak-poranda
disusunlah kitab arjuna wiwaha oleh mpu kanwa 1030. Inilah hasil sastrazaman
airlangga yang sampai pada kita. Sementara airlangga sendiri sebelum
mengundurkan diri jadi pertapa, ia telah membangunkan sebuah pertapaan
bagianaknya sangramawijaya di pucangan (gunung penanggungan).
d.
Kehidupan Ekonomi
Mpu
Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usaha usaha yang
ia lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan
hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untukmeningkatkan
kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha
memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul
untuk mencegah banjir. Sementaraitu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya
telah tercipta satu hasil karyasastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang
berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha.
Pada
masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumberkronik Cina yang menyatakan
tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan
yang ramai di Kediri dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak,
gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai
bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar