Laman

Rabu, 05 Maret 2014

Kehidupan Kerajaan Mataram Kuno




         Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan Hindu-Budha yang berkembang di wilayah Jawa Tengah pada abad VIII Masehi. Kerajaan ini didirikan oleh Sanaha dari Galuh, Jawa Barat. Pusat pemerintahan Mataram Kuno disebut dengan Bhumi Mataram. Kerajaan Mataram dipimpin pleh dua Dinasti yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Budha.
         Wilayah Bhumi Mataram terbentang di tiga daerah yaitu Kedu, Yogyakarta, dan Surakarta. Bhumi Mataram dikelilingi oleh jajaran gunung dan pegunungan, diantara jajaran gunung dan pegunungan tersebut mengalir sungai-sungai.
         Adapun kehidupan politik, sosial, agama dan ekonomi pada masa Kerajaan Mataram Kuno yakni  sebagai berikut :
a.      Kehidupan Politik
   Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732, pada mulanya Mataram dipimpin oleh Sanaha. Setelah Sanaha wafat kekuasaan dipegang oleh Sanjaya. Sanjaya merupakan pendiri Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram. Sanjaya merupakan penganut Hindu Syiwa. Pada masa pemerintahan Sanjaya, Mataram menjadi kerajaan besar dan makmur. Setelah Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Rakai Panangkaran. Pada masa pemerintahnnya agama Budha berkembang sangat kuat. Pada masa ini Dinasti Syailendra yang beragama Budha mulai memainkan peranan di bidang politik. Atas permohonan Raja Syailendra, pada tahun 778 Rakai Panangkaran yang beragama Hindu membangun candi Kalasan yang bercorak agama Budha.
Pada awalnya Dinasti Syailendra merupakan keluarga bangsawan yang muncul di Mataram pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Perkembangan kekuasaan Dinasti Syailendra di Jawa Tengah bagian selatan akhirnya menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu ke bagian tengah Jawa Tengah. Kemungkinan raja pertama dari Dinasti Syailendra yang berkuasa di Mataram adalah Rakai Panunggalan atau Dharanindra.
   Menurut prasasti Mantyasih, Rakai Panunggalan adalah raja yang berkuasa di Mataram setelah Rakai Panangkaran. Selama berkuasa di Mataram, ia membangun banyak candi megah seperti candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut dan, Candi Borobudur. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga.
   Pada tahun 850 Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya mebuat kesepakatan dengan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra untuk menggabungkan kedua kerajaan. Oleh karena itu, Rakai Pikatan melakukan pernikahan politik dengan Pramodhawardani ( putrid Raja Samaratungga ). Setelah Samaratungga wafat, Rakai pikatan menjadi penguasa tunggal di Mataram.
   Masa pemerintahan Rakai Pikatan di Mataram dianggap sebagai awal kebangkitan Dinasti Sanjaya. Rakai Pikatan melebur wilayah kekuasaan Dinasti Syailendra ke dalam wilayah kekuasaanya. Meskipun demikian Rakai Pikatan adalah raja yang bijaksana dan toleran, ia berusaha agar penganut Hindu maupun Budha tetap hidup rukun dan berdampingan.
   Pengganti Rakai Pikatan adalah Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Rakai Kayuwangi dibantu oleh dewan penasehat yang bertindak sebagai pelaksana pemerintahan. Selanjutnya pada masa pemerintahan Rakai Dyah Balitung struktur pemerintahan kerajaan disempurnakan. Ia membentuk 3 jabatan pentingdi bawah raja yang disebut dengan mahamantri. Ketiga mahamantri itu adalah Rakryan i Hino sebagai tangan kanan raja, ditambah dua pejabat lainnya, yaitu Rakryan i Halu dan Rakryan i Sirikan, ketiga jabatan ini merupakan tritunggal yang dipergunakan dalam struktur pemerintahan.
   Pada tahun 907 Rakai Dyah Balitung menulis prasasti Mantyasih yang berisi daftar silsilah raja-raja Mataram dari Dinasti Sanjaya. Raja-raja tersebut antara lain Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan ( Dharanindra ), Rakai Warak ( Samaratungga ), Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi ( Dyah Lokapala ), Rakai Watuhumalang, dan Rakai Dyah Balitung. Prasati ini ditemukan di kampong Matesah, Magelang Utara, Jawa Tengah.
   Berdasarkan prasasti yang ditemukan Kerajaan Mataram memiliki struktur birokrasi sebagai berikut :
1.      Pusat kerajaan, yaitu daerah ibu kota kerajaan dengan istana Sri Maharaja, tempat tinggal putra raja dan kaum kerabat dekat, para pejabat tinggi kerajaan serta para abdi dalem.
2.      Watak, yaitu daerah yang dikuasi para pejabat kerajaan.
3.      Wanua, yaitu desa-desa yang diperintah oleh para pejabat desa (rama).
b.      Kehidupan Sosial
      Dalam kehidupan masyarakat Matarm Kuno menunjukkan gejala budaya feodal. Seluruh kekayaan yang berada di tanah kerajaan adalah milik raja dan rakyat wajib membayar upeti kepada raja. Raja dan keluarganya tinggal di wilayah istana. Menurut berita dari Cina, istana Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi dinding dari batu dan kayu. Di luar dinding istana terdapat kediaman para pejabat tinggi kerajaan dan keluarganya. Para hamba dan budak yang dipekerjakan di istana juga tinggal di tempat ini. Selanjutnya, di luar dinding kota terdapat perkampungan rakyat yang merupakan kelompok terbesar. Mereka hidup di desa-desa yang disebut Wanua.
      Di antara golongan bangsawan dan rakyat terdapat golongan pedagang asing. Kemungkian besar mereka berasal dari Cina. Raja akan memberikan hadiah kepada siapa saja yang telah berjasa untuk Kerajaan Mataram. Raja akan memberikan tanah kepada mereka untuk dikelola. Pada umumnya tanah tersebut berupa hutan yang kemudian dibuka menjadi sebuah pemukiman baru. Setelah itu orang tersebut akan diangkat menjadi penguasa di tempat yang mereka buka. Ia berkuasa sebagai akuwu (kepala desa), senopati, atau adipati (kepala daerah.
      Kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat bernilai tinggi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno antara lain prasasti Canggal, prasasti Kelurak, dan prasasti Mantyasih. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
      Masyarakat Mataram Kuno terkenal dengan keunggulan seni bangunan candi, baik candi Hindu maupun candi Budha. Candi agama Hindu yang terkenal adalah Candi Prambananyang dibangun oleh Rakai Pikatan. Sedangkan candi Budha yang terkenal adalah Candi Borobudur yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga.
c.       Kehidupan Agama
      Kerajaan Mataram diperintah oleh Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Diansti tersebut memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu Syiwa berkuasa di utara sedangkan Dinasti Syailendra yang beraga Budha Mahayana berkuasa di selatan. Kedua agama tersebut dapat hidup berdampingan. Hal ini terlihat dengan adanya pernikahan politik antara Rakai Pikatan ( Dinasti Sanjaya ) dengan Pramodhawardhani ( Dinasti Syailendra ). Pernikahan tersebut selain bertujuan untuk menyatukan Kerajaan Mataram secara politik juga untuk mendorong toleransi di antara pemeluk agama Hindu dan Budha.
d.      Kehidupan Ekonomi
      Kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Kuno bertumpu pada sector pertanian. Wilayah Mataram memiliki kondisi yang subur sehingga cocok untuk pertanian. Pengembangan hasil pertanian dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Selanjutnya pada masa Rakai Dyah Balitung, sector perdagangan mulai berkembang. Aktivitas perhubungan dan perdagangan laut dikembangkan melalui Sungai Bengawan Solo. Penduduk di sekitar sungai diperintahkan untuk menjamin kelancaran lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut.
Lancarnya lalu lintas mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.
      Selain di sekitar Sungai Bengawan Solo, penduduk Mataram melakukan perdagangan di pasar-pasar yang terletak di pusat kota dan desa. Kegiatan ini tidak dilakukan setiap hari, tetapi bergulir menurut penanggalan kalender Jawa Kuno.
      Selain pertanian dan perdagangan , industry rumah tangga berkembang di Kerajaan Mataram Kuno. Hasil industry ini antara lain keranjang anyaman, perkakas, pakaian, gula kelapa, arang, dan kapur sirih. Hasil produksi ini dijual ke pasar.
      Dari kegiatan ekonomi pertanian, perdagangan, dan industri tersebut Kerajaan Mataram dapat menarik pajak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar