Laman

Sabtu, 01 Maret 2014

Kehidupan Kerajaan Sriwijaya




                  Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak agama Budha yang berkembang pada abad VII-VIII Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang terletak di tepi Sungai Musi atau sekitar Bukit Siguntang dan Kota Palembang, Sumatera Selatan. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui keberadaan 6 prasasti yang tersebar di wilayah Sumatera dan Semenanjung Malaya. Prasasti tersebut, yaitu prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Berahi, dan Ligor. Selain dari prasasti yang ditemukan tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya ada berita-berita dari Cina dan Arab yang pernah menyebutkan Kerajaan Sriwijaya.
                  Adapun kehidupan politik, sosial, agama, dan ekonomi pada masa Kerajaan Sriwijaya yakni sebagai berikut :
a.      Kehidupan Politik
            Masa Kerajaan Sriwijaya tidak diketahui secara pasti, hal ini disebabkan informasi yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya masih terbatas. Nama Sriwijaya dijumpai pada prasasti Kota Kapur yang berangka 689 dan ditemukan di Pulau Bangka. Kata Sriwijaya berarti kemenangan yang bercahaya. Pada awalnya Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kecil. Keterangan ini diperoleh dari catatan I-Tsing yang pernah berkunjung ke Kerajaan Srwijaya pada tahun 671 Masehi. Meskipun kerajaan kecil, Sriwijaya sudah mampu menguasi Kerajaan Melayu dan Kedah.
            Politik ekspansi Sriwijaya dilakukan mulai dari tahun 671-702 pada masa pemerintahan Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Pada masa ini Kerajaan Sriwijaya berhasil memeperluas wilayah kekuasannya sampai wilayah Jambi dengan menaklukan wilayah Minangatamwan. Daerah ini memiliki arti strategis dalam ekonomi karena terletak pada jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka. Dengan dikuasainya daearh ini menjadikan Sriwijaya menjadi kerajaan Maritim.
            Berdasarkan prasasti Kota Kapur Dapunta Hyang Sri Jayanasa melakukan ekspansi militer  untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Kerajaan Sriwijaya. Yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga.
            Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya dan berkembang menjadi kerajaan maritime terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat perdagangan dan pembelajaran agama Budha di Asia Tenggara.
            Setelah pemerintahan Balaputradewa , nasib Kerajaan Sriwijaya tidak banyak diketahui. Dan pada abad ke X Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa factor diantaranya :
1.      Terajdi perubahan alam di sekitar Palembang.
2.      Letak Palembang yang semakin jauh dari laut dan menyebabkan daerah ini kurang strategis sebagai pusat perdagangan.
3.      Armada Laut Kerajaan Sriwijaya dikalahkan oleh Medang Kemulan.
4.      Adanya serangan militer atas Kerajaan Srwijaya.
b.      Kehidupan Sosial
            Pada abad ke VII Masehi, Kerajaan Srwijaya merupakan negeri dengan masyarakat yang kompleks. Kehidupan masyarakat Sriwijaya sangat dipengaruhi oleh alam piker ajaran Budha Mahayana. Hubungan antara raja dan rakyatnya berlangsung dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti, seperti prasasti Talang Tuo yang menyebutkan tentang ritual Budha untuk memberkati peresmian taman Srikesta. Taman ini dianggap sebagai anugerah Maharaja Sriwijaya kepada rakyatnya.
            Sejak abad VII Masehi bahasa Melayu Kuno telah digunakan di Indonesia. Penyebaran agama melayu dilakukan melalui kegiatan perdagangan. Bahasa ini menjadi bahasa yang digunakan secara luas. Meskipun menjadi kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara, peninggalan kerajaan ini yang berupa monumen hanya sedikit. Sriwijaya hanya meninggalkan beberapa  candi dan banyak arca Budha. Seperti, Candi Muara Takus dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara.
c.       Kehidupan Agama
            Selain dikenal sebagai pusat perdagangan, Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pengajaran agama Budha. Agama Budha yang berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya menganut agama Budha dengan aliran Mahayana. Menurut laporan I-Tsing pada abad VII Masehi di Sriwijaya terdapat 1000 biksu yang belajar agama Budha dibawah bimbingan Sakyakirti. Beliau adalah salah satu dari tujuh cendekiawan agama Budha yang hidup pada masa I-Tsing. Sakyakirti menulis kitab undang-undang yang berjudul Hastadandacastra. Selain Sakyakirti ada cendekiawan lain yaitu Wajraboddhi dan Dharmakirti.
d.      Kehidupan Ekonomi
            Kerajaan Srwijaya berkembang menjadi Kerajaan maritime yang menguasi lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional di Asia Tenggara. Bandar Sriwijiya berkembang menjadi pelabuhan transito yang ramai disinggahi kapal-kapal asing untuk mengambil perbekalan serta melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya memperoleh banyak keuntungan dari komoditas ekspor dan pajak kapal yang singgah.
            Beberapa komoditas  ekspor Kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut :
1.      Barang ekspor ke Arab antara lain kayu gaharu, kapur barus, kayu cendana, gading, timah, kayu ulin, rempah-rempah dan kemenyan.
2.      Barang ekspor ke Cina antara lain gading, air mawar, kemenyan, buah-buahan, gula putih, gelas, kapur barus, batu karang, pakaian, cula badak, wangi-wangian, bumbu masak, dan obat-obatan.
Faktor-faktor yang mendorong Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yakni sebagai berikut :
1.      Memilki letak strategis di jalur perdagangan internasional.
2.      Kemajuan pelyaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara.
3.      Keruntuhan Kerajaan Funan di Indo-Cina.
4.      Kemampuan Angkatan Laut Sriwijaya yang kuat.



1 komentar: