Laman

Senin, 24 November 2014

Kerajaan Aceh



Kerajaan di  Aceh

 a. Samudera Pasai
Kerajaan Samuderai Pasai merupakan penerus Kerajaan Perlak di Sumatera. Menurut laporan Marco Polo, pada abad XIII Kerajaan Samudera Pasai telah berkembang menjadi pusat agama Islam di wilayah Sumatera bagian utara.
Kerajaan Samudera Pasai terletak di tepi Selat Malaka, di mana Selat Malaka menjadi jalur lalu lintas perdagangan dunia. Hal ini menyebabkan Samudera Pasai berkembang mebjadi Kerajaan Maritim. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu dari Persia yang bergelar Sultan Malik as-Saleh. Pada masa pemerintahan beliau Kerajaan Samudera Pasai berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat di Selat Malaka.
Adapun kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai berikut :
a.      Kehidupan Ekonomi
Samudera Pasai merupakan Negara maritim yang mengendalikan perekonomiannya pada perdagangan laut. Letaknya strategis di pinggir Selat Malaka membuat perdagangan di Samudera Pasai berkembang pesat. Kondisi ini membuat banyak pedagang asing dari Jawa, India, Timur Tengah, dan Cina singgah di Pelabuhan Pasai. Komoditas perdagangan Samudera Pasai adalah lada, kapur barus, dan emas. Selain itu penduduk Samudera Pasai menanam padi untuk memenuhi kebutuhan pokok bahan makanan. Mereka menanan padi di ladang dengan masa panen dua kali setahun. Untuk memperlancar aktifitas perdagangan, Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang dinamakan deureuham (dirham) sebagai alat tukar atau pembayaran yang resmi. Mata uang ini terbuat dari 70% ema murni dengan berat 0.60 gram, berdiameter 10 mm, dan mutu 17 karat.

b.      Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai pusat penyebaran Islam di Sumatera dan Malaka, kehidupan  sosial masyarakat Samudera Pasai diatur menurut hukum Islam yang memiliki kesamaan dengan daerah Arab. Oleh karena itu, Samudera Pasai mendapatkan julukan Serambi Mekah. Pengaruh Islam di Samudera Pasai dapat dilihat pada nisan-nisan makam Raja Samudera Pasai yang duhiasi syair-syair bernuansa Islam.
c.       Kehidupan Agama
Menurut catatan Marco Polo dan Ibnu Batutah, sebagian besar penduduk Samudera Pasai adalah pemeluk Islam bermazhab syafii. Fakta ini memperlihatkan Samudera Pasai memiliki peranan yang penting sebagai pusat penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara. Kerajaan ini menyiarkan Islam samapi ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, dan Thailand. Dari Kerajaan Samudera Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah.
Dalam Hikayat Patani diceritakan bahwa Kerajaan Samudera Pasai mengirim ulama ke Patani (Thailand Selatan) intuk mengislamkan Raja Patani yang bernama Payu Tu Naqpa. Kerajaan Smudera Pasai juga mendirikan masjid untuk penduduk Patani. Selain Thailand, Samudera Pasai mengirim ulama-ulamanya ke  Jawa. Salah satunya Fatahillah yang kemudian menjadi panglima di Demak dan penguasa Cirebon.
b.      Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam muncul ketika dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada abad XVI. Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Aceh Darussalam berhasil melepaskan diri dari Kerajaan Pidie. Sultan Ali Mughayat Syah kemudian menggabungkan Kerajaan Lamuri yang awalnya di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit ke dalam Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Aceh Darussalam terletak di ujung utara Pulau Sumatera sehingga sering dianggap pintu gerbang ke Selat Malaka. Oleh karena itu pelabuhan Banda Aceh dapat berkembang meenjadai pelabuhan transito, di mana Banda Aceh merupakan pusat pemrintahan Kerajaan Aceh Darussalam.
Adapun kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Aceh Darussalam adalah sebagai berikut :
a.      Kehidupan Ekonomi
Secara umum kehidupan ekonomi masyarakat Aceh cukup baik. Dengan semakin berkembangnya Banda Aceh sebagai pelabuhan dagang internasional, masyarakat Aceh banyak terjun dalam sektor perdagangan. Para petani Aceh membudidayakan tanaman lada dan padi. Pada abad XVI-XVII Aceh Darussalam merupakan salah satu negeri penghasil lada di Imdonesia. Pada saat itu permintaan pasar internasional terhadap tanaman lada sangat tinggi. Pada masa Sultan Iskandar Muda, tanaman lada diusahakan secara maksimal dan dikembangkan sebagai komoditas dagang utama. Agar hasil lada di Aceh tetap tinggi, kebun-kebun lada di Kedah dibabat habis, sedangkan kebun lada di Aceh tetap dipelihara. Dengan cara ini pedagang dari Barat hanya bisa membeli lada dari Aceh. Sistem monopoli telah membuat Aceh memperoleh keuntungan besar. Selain lada, komoditas lain yang dijual oleh masyarakat Aceh adalah beras, timah, emas, dan perak.
b.      Kehidupan Sosial Budaya
Sistem pendidikan agama di Aceh menghasilkan bebrapa ulama ternama yang ahli dalm bidang agama dan kesastraan. Para ulama tersebut antara lain Hamzah Fansuri yang menulis kitab Tabyan Fi Ma’rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani menulis kitab Mi’raj al-Muhakikin al-Iman, Nurudin Al-Raniri menulis kitab Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili menulis kitab Mi’raj al-TullabFi Fashil. Keberadaan ulama tersebut membuktikan bahwa kesastraan di Kerajaan Aceh Darussalam berkembang pesat.
c.       Kehidupan Agama
Sebagian besar masyarakat Aceh beragama Islam. Oleh karena itu kehidupan sosial masyarakatnya diatur menurut hukum Islam. Golongan ulama memiliki peranan penting dalam masyarakat. Mereka menjadi pemimpin agama dan penasehat pemerintah. Penguasa Aceh sangat memperhatikan pendidikan agama Islam. Perhatian ini teerlihat daari adanya jenjang pendidikan Islam sebagai berikut :
a.       Meunasah, jenjang pendidikan setingkat sekolah dasar (ibtidaiyah).
b.      Rangkang, jenjang pendidikan setingkat sekolah menengah pertama (tsanawiyah).
c.       Dayah, jenjang pendidikan setingkat sekolah menengah atas (aliyah).
d.      Dayah Teuku Cik, merupakan jenjang pendidikan setingkat perguruan tinggi.

Kerajaan Kediri dan Singasari



 Kerajaan Kediri dan Singasari
a.      Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang berdiri pada abad XI Masehi dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan oleh Mpu Sindok dari Dinasti Isyana. Kerajaan ini terletak di wilayah pedalaman Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan hasil dari pembagian wilayah Kerajaan Medang Kamulan yang dibagi menjadi dua yakni Panjalu dan Jenggala. Nama Keraajaan Kediri sebelumnya adalah Panjalu.
Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
a.    Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135. Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan. Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.
b.      Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
c.       Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
d.      Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :
1.      Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2.      Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3.      Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara  muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.
b.      Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 Masehi. Kerajaan ini terletak di daerah Malang, Jawa Timur. Kerajaan Singasari beribu kota di Tumapel. Awalnya Tumapel hanya sebuah wilayah kabupaten yang berada di bawah kekusaan Kerajaan Kediri. Tumapel dipimpin oleh bupati yang bernama Ken Arok. Setelah berhasil Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Kertajaya, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari.
Keberadaan Kerajaan Singasari dibuktikan melalui candi-candi yang ditemukan di daerah Singasari hingga Malang, Jawa Timur. Selain itu keberadaan Singasari dijelaskan dalam kitab Negarakertagama dan Pararaton. Kitab Negaraketagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menjelaskan tentang silsilah raja-raja Singasari hingga Majapahit, sedangkan kitab Pararaton menceritakan kisah Ken Arok sebagai pendiri Kerajaan Singasari.
Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial, dan budaya pada masa Kerajaan Singasari adalah sebagai berikut :
a.      Kehidupan Politik
Kerajaan Singosari yang pernah mengalami kejayaan dalam perkembangan kerajaan hindu di Indonesia dan bahkan menjai cikal bakal lahirnya kerajaan Majapahit. Di dalam kitab Pararaton di ceritakan bahwa Ken Arok (raja pertama) adalah anak dewa Brahmana yang di titiskan lewat seorang perempuan dari desa Pungkur, tubuh Ken Arok bercahaya. Brahmana smpat menyampaikan pesan bahwa kelak bayi tersebut akan menjadi seorang raja. Tanpa di ketahui alasannya, bayi tersebut di buang oleh ibunya. Namun seorang pencuri yang bernama Lembong menemukan dan menjadikannya anak angkat. Tetapi Ken Arok tumbuh menjadi anak yang nakal, suka berkelahi, mencuri serta mengganggu orang lain. Setelah dewasa, Ken Arok pergi mengembara hingga sampai ke gunung Kawi. Ia bertulang menjadi seorang pencuri, perampok, pembunuh, dan pengganggu wanita.
Kejahatan yang semakin merajalela ini membuat Ken Arok di buru oleh masyarakat dan Pasukan Kediri, akan tetapi ia sempat meloloskan diri. Setelah itu ia bertemu dengan seorang Brahmana yang bernama Lohgawe dan Ken Arok pun di angkat sebagai anak. Ia memproleh pendidikan keagamaan dan ilmu pengetahuan dari Lohgawe. Lambat laun ia menjadi seorang yang cakap, berani, dan mengagumkan. Setelah itu dia di angkat menjadi pengawal Adipati Tumapel yaitu Tunggul Ametung yang kemudian nanti di taklukkan Ken Arok dan menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan Singosari seperti yang di sebutkan di atas.
Semula Ken Arok adalah seorang pengawal setia Tunggul Ametung dan sebagai tangan kanan Akuwu (bupati). Akan tetapi kesetiaan ini berubah tatkala timbul keinginannya untuk memiliki memperistri dari istri Tunggal Ametung, Ken Dedes. Ken Arok akhirnya berhasil mewujudkan keinginannya dengan peranrtara Kebo Ijo, melalui cara membunuhnya menggunakan keris yang di tempahnya kepada Mpu Gandring. Setelah itu Ken Arok memperistri Ken Dedes dan menjadi Akuwu (bupati) di Tumapel. Kerajaan Singosari juga sering di warnai dengan antar sesamanya untuk memperebutkan kekuasaan dan berupa penghianatan. Peristiwa keris Mpu Gandring ini kebenarannya masih belum jelas, apakah keris ini telah membunuh beberapa orang sampai 7 orang seperti kutuka Mpu Gandring. Setelah memerintah dengan bantuan Brahamana, Ken Arok berhasil mengubah ketatanegaraan sesuai dengan ajaran Hundu dan mendirikan Dinasti Garindra Wangsa yang kemudian di rubah menjadi Singosari.
b.      Kehidupan Agama
Pada masa pemerintahan Kertanegara terdapat upaya menyatukan agama Hindu Syiwa dengan Budha Mahayana menjadi agama Tantrayana. Agama ini dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut Dharmadyaksa. Tantrayana menjadi agama resmi Negara. Kondisi ini terlihat dari kegiatan Kertanegara dan pembesar istana yang sering mengadakan upacara Tantrayana. Agama Tantrayana merupakan perkembangan dari agama Budha Mahayana.
c.       Kehidupan Ekonom
Singasari merupakan Kerajaan Hindu Budha yang bercorak agraris karena terletak di pedalaman Malang, Jawa Timur. Sektor ekonomi di Singasari menitikberatkan pada sektor pertanian. Akan tetapi dengan keberadaan Sungai Brantas sekor pelayaran dan perdagangan juga berkembang. Singasari memiliki pelabuhan perdagangan di Pasuruan. Melalui ini para pedagang melakukan kontak dengan pedagang asing.
            Pada masa pemerintahan Kertanegara sektor perdagangan dan pelayaran Singasari berkembang pesat. Pada saat itu Singasari berhasil menguasai jalur perdagangan dari Selat Malaka di bagian barat hingga Kepulauan Maluku di bagian timur. Komoditas yang diperdagangkan antara lain beras, emas, kayu cendana, dan rempah-rempah.
d.      Kehidupan Sosial Budaya
                  Kondisi sosial masyarakat Singasari selalu berubah bergantung pada kebijakan raja dan kondisi politik yang terjadi di kerajaan. Saat Ken Arok memimpin Singasari kehidupan sosial masyarakat sangat terjamin. Ken Arok berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Setelah Ken Arok meninggal kondisi masyarakat sempat terguncang akibat konflik politik antara keluarga kerajaan. Pada masa pemerintahan Anusapati kehidupan sosial masyarakat kurang diperhatikan karena ia terlalu sibuk untuk menyabung ayam. Selanjutnya pada masa pemerintahan Kertanegara kehidupan sosial masyarakat kembali teratur. Kertanegara berusaha menjaga stabilitas politik dan keamanan Negara Singasari sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
                  Dalam bidang kebudayaan masyarakat Singasari sudah ahli dalam membuat candid an patung. Candi yang dibangun pada masa Kerajaan Singasari antara lain candi Kidal, Jago, dan Singasari. Sementara itu karya berupa patung antara lain patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Dewi Prajnaparamita (lambang kesempurnaan ilmu) dan patung Joko Dolok sebagai perwujudan Kertanegara.

Kerajaan Bali




Kerajaan Buleleng merupakan Kerajaan Hindu Budha tertua di Bali. Kerajaan ini berkembang pada abad IX-XI Masehi. Kerajaan ini diperintah oleh Dinasti Warmadewa. Kerajaan ini dapat dipelajari melalui prasasti Belanjong, Penempahan, dan Melatgede. Kerajaan ini berpusat di Buleleng, Bali bagian utara. Buleleng tereletak dipesisir pantai, yang menyebabkan Buleleng sering disinggahi kapal-kapal.
                     Adapun kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Buleleng adalah sebagai berikut :
a.      Kehidupan Politik
         Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti Belanjong, Sri Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal menklukan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri Kesari Warmadewa memilih pergi ke Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.
         Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa. Udayana memiliki 3 putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Yang nantinya Airlangga akan menjadi raja terbesar di Medang Kemulan, Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura Batu Madeg, Raja Udayan menjlain hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Raja Udayana digantikan oleh putranya Marakatapangkaja.
         Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum karena selalu melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan Raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Ia berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan dari dalam maupun luar kerajaan.
         Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasehat pusat yang disebut pakirankiran I jro makabehan. Badan ini berkewajiban memberikan tafsirandan nasihat kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul.
b.      Kehidupan Ekonomi
         Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu pada sektor pertanian. Keterangan kehidupan masyarakat Buleleng dapat dipelajari dari prasasti Bulian. Dalam prasasti Bulian terdapat bebrapa istilah yang berhubungan dengan sistem bercocok tanam seperti sawah, parlak (sawah kering), (gaga) ladang, kebwan (kebun), dan lain sebagainya.
         Perdagangan antarpulau di Buleleng juga sudah cukup maju. Kemajuan ini ditandai dengan banyaknya saudagar yang bersandar dan melakukan kegiatan perdagangan dengan penduduk Buleleng. Komoditas yang terkenal di Buleleng adlah kuda. Dalam prasasti Lutungan disebutkan bahwa Raja Anak Wungsu melakukan transaksi perdagangan 30 ekor kuda dengan saudagar dari Pulau Lombok. Keterangan tersebut membuktikan bahwa perdagangan pada saat itu sudah maju sebab kuda merupakan binatang yang besar sehingga memerlukan kapal yang besar pula untuk mengangkutnya.
c.       Kehidupan Agama
         Agama Hindu Syiwa mendominasu kehidupan masyarakat Buleleng. Tetapi tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktukan dengan ditemukannya beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan penemuan unsure-unsur Budha seperti arca Budha di Gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
         Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa Raja Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu penasehat raja. Masyarakat Buleleng menganut agama Hindu Waesnawa.
d.      Kehidupan Sosial Budaya
                 Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama yang dianutnya yaitu agama hindu (mempunyai pengaruh yang paling besar) dari Budha sehingga keadaan sosialnya sebagai berikut
1. Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu Brahmana, Ksatria dan Waisya
2. Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama disbanding keagamaan
3. Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus yaitu pande besi, pande emas, dan pande tembaga dengan tugas membuat alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga, senjata, perhiasan dan lain-lain.
Dari ketiga hal diatas dapa kiata ambil kesimpulan sebagi berikut
1. Kehidupan sosial masyarakat Bali sudah teratur dan rapi
2. Sudah ada system pembagian kerja
Hasil budaya kerajaan Bali antara lain berupa
1. Prasasti
2. Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
3. Arca misalnya arca durga
4. Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti yaitu Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti
5. Pada zaman Jayasakti agam Budha dan Syiwa berlambang dengan baik bahkan raja sendiri disebut sebagai penjelmaan dewa Wisnu (airan Waisnawa)
6. Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga hubungan dengan Jawa diperkirakan terjalin dengan baik.